Selasa, 18 Desember 2012

MAKALAH “ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR” MENGENAI MASALAH LINGKUNGAN “global warming”


MAKALAH
“ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR”
MENGENAI MASALAH LINGKUNGAN
“global warming”

Oleh :
ROBBY SANGGRA
97095/2009

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTASN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tentang “global warming”
Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mata kuliah MKU ilmu sosial dan budaya dasar, dalam penulisan makalah ini penulis tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari banyak pihak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi keakuratan data maupun teknis penulisannya.Oleh karena itu semua kritikan dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua.



                                                                                             Padang,desember 2012



                                                                                                     Penulis


Makalah Isu Lingkungan Global

BAB 1
PENDAHULUAN
      1.      Latar Belakang
             Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Scochlom, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972. Di Indonesia, tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya Seminar pada tanggal 15-18 Mei 1972.
          Faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertumbuhan penduduk). Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan tantangan yang dicoba diatasi dengan pembangunan dan industrialisasi. Namun industrialisasi disamping mempercepat persediaan segala kebutuhan hdup manusia juga memberi dampak negatif terhadap manusia akibat terjadinya  pencemaran lingkungan.
      2.      Tujuan
          Tujuan dari pembahasan makalah yang kami sajikan ini yaitu agar kita sebagai makhluk hidup yang ikut andil dalam terjadinya global warning dapat meminimalisir segala sesuatu yang dapat menyebabkan kondisi bumi kita ini semakin panas dan krisis.
Dan mungkin menjadi suatu teguran para pengusaha yang tidak sensitive terhadap keadaan bumi kita sekarang dengan mengantisipasi limba yang dihasilkan dari pabrik-pabrik besar yang ada di Indonesia bahkan dunia sehingga nantinya anak cucu kita bias merasakan bumi yang indah di zaman meraka kelak. Dan mungkin itu menjadi lebih mudah apabila kita lakukan dari hal terkecil dari diri kita sendiri.

      3.      Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu mencangkup :
      1.      Isu perubahan iklim dan pemanasan Global ( Global Warming )
      2.      Andil IT dalam pemanasan global.
      3.      Permasalahan di Indonesia
      4.      Upaya pada level internasional untuk mengatasi isu lingkungan global


                                                          
BAB II
PEMBHASAN
      1.      Isu perubahan iklim dan pemanasan global ( global Warming )
Atmosfer bumi tidak pernah bebas dari perubahan. Komposisi, suhu dan kemampuan membersihkan diri selalu bervariasi sejak planet bumi ini terbentuk. Makin meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kegiatan manusia terutama dalam bidang transportasi, maka pakar-pakar atmosfer dunia memprediksi akan terjadi kenaikan suhu diseluruh permukaan bumi yang dikenal dengan pemanasan global. Pemanasan global terjadi sangat cepat yang disebabkan peningkatan efek rumah kaca dan gas rumah kaca.
Menurut perkiraan selama era pra-industri efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata sekitar 10 – 50 C. Perkembangan ekonomi dunia memperkirakan konsumsi global bahan bakar fosil akan terus meningkat. Hal ini menyebabkan emisi karbon dioksida antara 0,3 – 2% pertahun dan bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 oc sekitar tahun 2030                                                                 

                                                              
 Perubahan (kenaikan) suhu yang cepat akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang cepat. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Lebih jauh lagi, pemanansan global dapat menyebabkan lepasnya karbon yang tersimpan di tanah dalam bentuk bahan-bahan organik yang kemudian teruraikan menjadi CO2 dan CH4 oleh kegiatan mikroba tanah. Iklim yang bertambah panas akan meningkatkan aktivitas mikroba yang pada akhirnya akan  meningkatkan pemanasan  global.    
Pemanasan global menyebabkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut, yang dapat mengancam pemukiman pinggir pantai, erosi di wilayah pesisir, kerusakan hutan bakau dan terumbu karang, perubahan lokasi sedimentasi, berkurangnya intesitas cahaya di dasar laut serta naiknya gelombang air laut.
Jadi perubahan iklim akibat pemanasan global bukan saja berdampak negatif terhadap ekosistem, melainkan melainkan juga langsung mempenggaruhi social-ekonomi dan kelangsungan masyarakat.
      a.       Hujan asam
Pandangan bahwa pencemaran udara semata-mata merupakan masalah urban kini mulai berubah, hal ini terjadi setelah adanya fakta turunnya hujan asam dan pencemaran udara regional atau lintas batas lainnya.
Atmosfer dapat mengangkut berbagai zat pencemar ratusan kilometer jauhnya sebelum menjatuhkannya ke permukaan bumi. Atmosfer bertindak sebagai reaktor kimia yang komopleks merubah zat pencemar setelah berinteraksi dengan substansi lain, uap airndan energi matahari. Pada kondisi tertentu sulfur oksida (SOx) dan nitrogen oksida (NOx) hasil pembakaran bahan bakar fosil akan bereaksi dengan molekul-molekul uap air di atmosfer menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang selanjutnya turun ke permukaan bumi bersama air hujan yang dikenal dengan hujan asam.
Dampak negatif dari hujan asam selain rusaknya bangunan dan berkaratnya benda-benda yang terbuat dari logam, juga terjadinya kerusakan lingkungan terutama pengasamana (acidification) danau dan sungai.ribuan danau airnya telah bersifat asam sehingga tidak ada lagi kehidupan akuatik, dikenal dengan “danau mati”. Selain itu, hujan asam juga mengancam komodisi pertanian dan merusak hutan.
                                                              
      b.      Menipisnya lapisan Ozon
Lebih  dari setengah abad lamanya dirasakan adanya kerusakan lapisan ozon sehingga terjadi penipisan lapisan tersebut di stratosfer. Hal ini teramati pada setiap musim semi di wilayah selatan bumi, suatu lubang terbuka pada lapisan di bagaian atas ozon. Pada ketinggian 15-20 km diatas Antartika, 95% lapisan ozon telah lenyap. Lubang ini bertambah besar sejak tahun 1979. Lapisan ozon ini juga telah dibuktikan oleh data satelit cuaca Nimbus 7 milik badan ruang angkasa Amerika Serikat (NASA) dan terdapat banyak bukti yang menyatakan bahwa penipisan lapisan ozon telah terjadi diseluruh dunia.
Rusaknya lapisan ozon berpengaruh pada intensitas sinar ultraviolet matahari yang berbahaya bagi mahluk hidup di bumi. Radiasi ultraviolet menyebabkan kanker kulit, katarak mata, menekan efisiensi sistem kekebalan tubuh, sehingga memudahkan kanker menyebar luas, menurunkan kualitas komoditi pertanian (seperti : tomat, kentang, kubis, kedelai) dan kehutanan.
Radiasi ultraviolet tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan sampai 20 m dibawah permukaan air yang jernih, terutama berbahaya bagi plankton, benih ikan, udang dan kepiting serta tumbuhan yang memegang peranan penting dalam rantai makanan di laut.
      2.      Andil IT dalam pemanasan global
            Pemanasan  Global ternyata telah memaksa semua bidang industri untuk berpikir keras untuk mengusahakan penanganannya, tanpa terkecuali bidang Teknologi. Hal ini dikarenakan oleh parahnya dampak kerusakan yang ditimbulkannya bagi ekosistem dan kelangsungan kehidupan manusia secara luas.
Menurut penelitian Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC), sebuah lembaga internasional beranggotakan lebih dari 100 negara yang diprakarsai PBB, pada tahun 2005 telah terjadi peningkatan suhu di dunia sekitar 0,6 hingga 0,7 derajat, sedangkan di Asia lebih tinggi lagi, yaitu 10 derajat. Hal ini berdampak pada melelehnya Gleser (Gunung Es) di Himalaya dan Kutub Selatan serta berkurangnya ketersediaan air di daerah-daerah tropis sebanyak 20% hingga 30%. Melelehnya Gleser di Himalaya dan Kutub Selatan sendiri berdampak secara langsung pada peningkatan permukaan air laut setinggi 4-6 meter. Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka pada tahun 2012 air laut akan mengalami kenaikan lagi sekitar 7 meter. Dengan begitu otomatis ekosistem dan kehidupan di daerah pesisir dan kepulauan akan terancam punah.
Sedangkan perubahan secara umum yang dirasakan dunia saat ini adalah semakin panjangnya musim panas dan semakin pendeknya musim hujan. Hal ini tentu saja sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup dunia secara luas.
Berangkat dari keprihatinan inilah berbagai bidang industri kini mau tidak mau harus memikirkan langkah penanganan pemanasan global ini. Dimulai dari pengurangan emisi gas buang dari sektor industri dan transportasi yang selama ini dituding sebagai salah satu kontributor utama pemanasan global, hingga penciptaan teknologi yang ramah lingkungan untuk berbagai produk mulai dari alat transportasi hingga berbagai perlengkapan elektronik dan komputer yang ramah lingkungan pun mulai dibuat.
Bidang industri Teknologi Informasi walaupun tidak terkait secara langsung pemanasan global seperti halnya bidang pertanian dan lingkungan hidup, namun harus mampu menghadirkan teknologi  yang mendukung penanggulangan global warming atau pemanasan global ini. Hal ini disebabkan karena pada berbagai bidang usaha yang ada di dunia saat ini, teknologi informasi telah menjadi tulang punggung bergeraknya industri yang ada. Mulai dari mesin-mesin di pabrik yang mempergunakan mikrokomputer hingga proses komputasi di perkantoran yang juga mempergunakan komputer. Secara tidak langsung hal-hal tersebut di atas telah menunjukkan bahwa bidang IT telah banyak menyedot penggunaan energi dunia secara luas.
Hal inilah yang mengharuskan bidang teknologi informasi untuk berpikir keras menciptakan teknologi yang ramah lingkungan. Teknologi ramah lingkungan sebenarnya tidak semata diukur dari tingkat emisi gas buang yang dihasilkan, namun juga banyaknya konsumsi energi yang dibutuhkan dalam suatu proses industri, karena energi ini umumnya juga didapatkan dari alam baik dalam bentuk energi mineral maupun non mineral.
Salah satu langkah yang diambil oleh sebuah vendor komputer terkemuka di dunia IBM saat ini adalah konsep pembuatan datacenter ‘hijau’ atau ramah lingkungan. Hal ini dipicu oleh data yang menyebutkan bahwa 1,5% dari penggunaan energi listrik di Amerika dipergunakan untuk operasional datacenter, yang menurut laporan tahun 2005 saja telah menghabiskan listrik sebesar 45 milyar KWh, hanya untuk Amerika saja. Hal ini berimplikasi langsung terhadap persediaan persediaan listrik dan distribusinya, disamping tentu saja emisi gas yang ditimbulkan. Sebagai akibatnya, setiap dolar dari server baru akan mengeluarkan biaya sebesar USD 0,52 untuk power dan pendinginan. Angka ini diprediksikan meningkat hingga 37% pada empat tahun mendatang menjadi USD 0,7.
Selain IBM, vendor CISCO pun tengah berpikir keras untuk mengupayakan teknologi yang dapat mengurang dampak global warming ini. Menurut Pudja Unggul Kartiman, Director Cross Industry PT Cisco Systems Indonesia, apa pun penerapan teknologi yang ada, misalnya di real estate, gabungan energi yang dimiliki akan mengarah pada solusi seperti unified communication. Solusi ini menggabungkan pemanfaatan traffic suara dan mobility sehingga bisa terkoneksi.

Dengan demikian, jika semuanya berbasis IP, maka masing-masing tidak harus punya infrastruktur sendiri-sendiri karena sudah konvergen. Lebih lanjut Pudja menyatakan, penghematan bahkan bisa ditekan hingga 30%. Hal ini salah satunya karena 4% dari biaya bisa dihemat jika semuanya dikonvergensikan menjadi satu. 
Hasil yang diharapkan dari langkah IBM dan CISCO ini di masa yang akan datang diharapkan dapat mengantisipasi semakin buruknya dampak global warming atau pemanasan global dunia.
                                                           
3.      Permasalahan di Indonesia
      ·         Pada tahun 2000 defisit air mencapai 52.809 meter kubik dan untuk tahun 2015 diperkirakan defisitnya 134.102 meter kubik
      ·         Jika pada tahun 1986 hanya terdapat 22 DAS kritis dan super kritis, maka pada tahun 1992 meningkat menjadi 39 DAS, dan tahun 2002 menjadi 60 DAS.
      ·         Indonesia memiliki 10 % hutan tropis dunia, 12% mamalia, 16 % reptile dan amfibi, 1519 spesies, dan 25 % spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah andemik.
      ·         Beberapa spesies yang terancam puna diantaranya adalah orang hutan dan harimau Sumatra, sedangkan harimau jawa dan bali telah dinyatakan puna. Beberapa spesies yang juga menghadapi ancaman kepunaan diantaranya 104 jenis burung , 57 jenis mamalia, 21 jenis reptil, 65 jenis ikan tawar, dan 281 jenis tumbuhan.
      ·         Kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3,8 juta hektar per tahun, ini berarti tiap satu menit terjadi kerusakan sebesar 7,2 hektar.
      ·         Hingga saat ini Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72% (world Resource institut 1997)
      ·         Indonesia menjadi salah satu Negara yang rawan dengan impor limba B3.

      4.      Upaya Pada level Internasiaonal untuk mengatasi isu lingkungan global

      ·         Pada periode 1940 sampai 1972
      -          Tercatat hamper 60 perjajnjian internasional terkait dengan lingkungan hidup
      -          Konferensi stocklhom (1972)
      ·         Periode 1972 sampai 1992
      -          PBB membantu UNEP dan dana lingkunagan (Environmental fund)
      -          Konvensi Vienna (1985)
      -          Protokol montreal (1987)
      -          Konvensi Biodevercity (1992)
      -          Pembentukan World Commision on Enviremmont and development (WCED).
      ·         Periode 1992 sampai 2002
      -          Deklarasi Rio ( Rio Declaration ) dan agenda 21
      -          ECOSOS
      -          Konvensi Rotterdam
      -          Protokol Kyoto (1998)
      -          Protokol Katagena
      ·         Periode 2002 sampai sekarang
      -          KTT pembangunan berkelanjutan di johannesbug (2002)
      ·         Desember 2007 dibali diselenggarakan konfrensi PBB tentang perubahan iklim yang hasilnya disebut Bali Road Map.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
          Dari hasil Makalah yang dibahas oleh kelompok kami dapat disimpulakan bahwa isu lingkungan global yang telah menjadi pembicaraan umum semua lapisam masyarakat ini merupakan hasil keteledoran semua lapisan masyarakat itu sendiri. Kesalahan bukan hanya milik pemerintah atau pengusaha pabrik yang menggeluarkan limba sebarangan tetapi juga kesalahan semua lapisan masyarakat yang masih tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya seperti dengan tidak membuang sampah pada tempat nya  dan masih banyak lainya.
SARAN :
            Dengan telah banyak beredar nya isu lingkungan global yang meresahkan masyarakat mari kita mulai cintai lingkungan dari diri kita sendiri. Dengan tidak membuang sampah sembarangan dan mencoba menanam tumbuhan dan pohon dilingkungan rumah kita karena satu pohon yang kita tanam dapat membantu mencegah terjadinya global warming yang menjadi hantu yang menggerikan bagi kehidupan anak cucu kita kelak. Dan mari kita jaga bumi untuk kelangsungan anak cucu kita dimasa mendatang

1 komentar:

  1. Best titanium flat iron - Titanium Art
    Titanium citizen eco drive titanium watch Stone is a trex titanium headphones new titanium tv apk and unique piece of thinkpad x1 titanium art from the creative team of designer and manufacturer of cutting and stamping clay. The citizen promaster titanium material will

    BalasHapus