PELUANG DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI
DALAM PENDIDIKAN NASIONAL
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU
TEKS GEOGRAFI
Disusun oleh :
ROBBY SANGGRA
97095/2009
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada kita sehingga kita diberikan kesehatan sampai sekarang ini.
Tak lupa pula penulis mohonkan kepada Allah semoga disampaikan kepada Nabi
Besar yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam
kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Terima
kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah “Telaah Kurikulum dan
Buku Teks Geografi”, yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah
ini. Penulis menyadari makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritikan dan
saran dari pembaca agar pada penulisan makalah pada waktu yang akan datang sudah
lebih sempurna lagi. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri pada khususnya dan bagi kita semua pada umumnya untuk pedoman
pembuatan makalah ini pada waktu yang akan datang, Amin.
Padang,
Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di Indonesia
kurikulum geografi dari pembuat kebijakan dirasa masih terdapat kekurangan.
Bahkan seolah-olah terjadi pengkerdilan dalam proses pembelajaran geografi. Dulu,
geografi di ajarkan di tingkat SMP sebagai mata pelajaran yang mandiri. Akan
tetapi, sekarang geografi digabung dalam satu “payung” bernama IPS terpadu.
Dengan alokasi jam yang harus berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu ekonomi
dan sejarah, maka esensi dari ilmu geografi tidak tersampaikan dengan baik.
Guru dipaksa untuk menyampaikan materi yang sangat banyak dengan jam pertemuan
yang tidak berimbang. Sedangkan murid harus menyerap materi yang begitu banyak
pula sehingga pembelajaran geografi terkesan dipaksakan dan menjadi tidak
menarik. Evaluasi pembelajaran pun hanya sampai pada taraf hafalan dan sangat
sulit mencapai tahap analisis.
Geografi adalah disiplin ilmu yang mengkaji tentang fenomena
permukaan bumi atau geosfer. Geografi merupakan ilmu yang mencitrakan,
menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk,
serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dari unsur-unsur bumi dalam
ruang dan waktu. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Geografi
adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan, melukiskan atau mendeskripsikan
hal-hal yang berkaitan dengan persamaan dan perbedaan, baik yang terdapat di
daratan, lingkungan perairan, lingkungan udara, maupun lingkungan kehidupan.
Geografi terutama merupakan kajian tentang fenomena alam, dan kaitannya dengan
manusia di permukaan bumi.
Pendidikan geografi bergerak pada ranah pengetahuan,
kecakapan, perilaku untuk membentuk pengalaman anak didik yang berwawasan
konservasi dan kemampuan mitigasi bencana. Hal ini berkaitan dengan ruang
lingkup lingkungan geografi yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Konservasi dan mitigasi bencana penekanan
kajiannya pada aspek aktivitas manusia dalam konteks keruangan dalam menyikapi
alam. Hal ini merupakan fakta bahwa manusia bertempat tinggal di suatu ruang/wilayah.
Fenomena kerusakan lingkungan berpontensi mengancam eksistensi manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka
dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu mengenai :
1.
Hambatan apa saja yang dihadapi
dalam pembelajaran geografi di Sekolah?
2.
Bagaimana upaya dalam mengatasi
berbagai hambatan-hambatan dalam pembelajaran geografi?
3.
Bagaimanakah peranan geografi
dalam pengembangan karakter bangsa?
4.
Bagaimanakah peranan geografi
dalam pendidikan kebencanaan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
1.
Mengetahui hambatan yang
mungkin dihadapi dalam pembelajaran geografi di Sekolah serta upaya apa saja
yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut.
2.
Mengetahui perann geografi
dalam pengembangan karakter bangsa.
3.
Mengetahui peranan geografi
dalam pendidikan kebencanaan.
4.
Melengkapi tugas sebagai syarat
kelulusan dalam mata kuliah “Telaah Kurikulum dan Buku Teks Geografi”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hambatan-hambatan dalam
Pembelajaran Geografi di Sekolah.
Pembelajaran geografi di Sekolah dalam kenyataannya masih mengalami
berbagai kendala, antara lain :
1. Media pembelajaran masih
kurang memadai di Sekolah.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi
kegiatan belajar mengajar dikelas yang adalah dunia komunikasi tersendiri
dimana guru atau siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian,
dalam proses komunikasi tersebut sering kali terjadi berbagai penyimpangan
sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, yang antara lain
disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidak siapan siswa,
kurangnya minat dan gairah dalam kegiatan belajar. Salah satu usaha untuk
mengatasi keadaan ini ialah penggunaan media dalam proses belajar mengajar.
2. Metode pengajaran dan
kompetensi guru kurang baik.
Dalam perkembangan dunia pendidikan
sarana da prasarana terus dikembangkan, tidak terkecuali kompetensi guru-guru
harus berkembang pula, namun dalam kenyataannya berdasarkan berbagai penelitian
yang ada guru mengalami berbagai kendala dalam pembelajaran, terutama pada
materi-materi yang baru masuk kurikulum seperti, seperti contohnya pada data hasil
penelitian berikut : Perkembangan teknologi SIG tersebut alangkah baiknya guru
juga bisa mengaplikasikan penggunaan teknologi SIG sebagai media pambelajaran
siswa agar lebih menarik dan inovatif. Dari kondisi tersebut banyak kendala
yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar tentang materi SIG
dan Pengindraan Jauh di lingkungan SMA yaitu :
1. Guru kurang menguasai software SIG
dan kesulitan mendapatkan softwarenya.
2. Alat dan media pembelajaran SIG dan
Pengindraan Jauh kurang memadai.
3.
Guru kurang menguasai teknik dan media pembelajaran tentang Pengindraan Jauh
dan fotometri.
4. Siswa kurang pemahaman tentang foto
udara.
5. Siswa kurang referensi yang mudah
difahami.
6. Pengindraan Jauh dan SIG diberikan
pada siswa kelas XII padahal siswa kelas XII
konsentrasi Ujian Nasional.
7. Sarana dan prasarana tiap sekolah
berbeda-beda dan kurang.
8. Laboratorium social (IPS) belum ada
di tiap sekolah.
Pada
forum MGMP Geografi ini dapat diketahui kelemahan-kelemahan guru dan siswa
tentang materi SIG dan Pengindraan Jauh. Sebagai alternatif adalah peningkatan
kualitas guru dan siswa tentang strategi guru terhadap pemahaman siswa dengan mengadakan
pelatihan guru tentang SIG dan Pengindraan Jauh dan praktikum SIG dan Pengindraan
Jauh bagi siswa. Masalah sarana dan prasarana pembelajaran pun harus dilengkapi
dan diimbangi dengan adanya pemahaman materi oleh guru karena sarana merupakan
hal yang penting bagi pengembangan siswa lebih kreatif dan inovatif.
3. Kebijakan kurikulum yang
seakan mengkerdilkan geografi kedalam kedalam IPS terpadu.
Dengan kebijakan kurikulum yang seakan mengkerdilkan geografi
kedalam kedalam IPS terpadu, dengan alokasi jam yang harus berbagi dengan mata
pelajaran lain yaitu ekonomi dan sejarah, maka esensi dari ilmu geografi tidak
tersampaikan dengan baik. Guru dipaksa untuk menyampaikan materi yang sangat
banyak dengan jam pertemuan yang tidak berimbang. Sedangkan murid harus
menyerap materi yang begitu banyak pula sehingga pembelajaran geografi terkesan
dipaksakan dan menjadi tidak menarik. Evaluasi pembelajaran pun hanya sampai
pada taraf hafalan dan sangat sulit mencapai tahap analisis.
B. Upaya Mengatasi Hambatan-hambatan
Dalam Pembelajaran di Sekolah
Usaha dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan dalam
pembelajan geografi di Sekolah antara lain:
1. Memperbaiki kualitas
guru-guru mata pelajaran.
Kualitas guru disini menyangkut segala aspek, mulai dari penguasaan
materi bahan ajar, keterampilan dalam memilih metode ajar sampai keterampilan
dalam menggunakan media-media dalam pembelajaran geografi. Guru dituntut
memiliki, wawasan keilmuan geografi, menguasai materi, dan mampu mengembangkan
keterampilan teoretis dan praktis operasional.
2. Menyediakan media ajar
geografi di Sekolah.
Materi-materi dalam pelajaran geografi tidak akan dapat diserap
dengan optimal oleh anak didik apabila hanya mengandalkan media buku atau
ceramah dari guru mereka saja, karena anak didik membutuhkan media stimulus
bagi proses penyerapan informasi yang mereka dapatkan, contohnya saja dalam
pelajaran SIG atau Pengindraan jauh, mereka perlu tau dan di hadirkan media berupa
peta atau foto udara.
3. Penambahan jam pelajaran.
Dari sejarah perkembangan dan hakikat, geografi adlah pengetahuan
yang tumbuh dari hasil perjalanan dan pengamatan dilapangan. Misalnya konsep
lokasi, hubungan dan sebaran keruangan seharusnya dikembangkan atas dasar hasil
pengamatan nyata di lapangan. Hal ini bisa jadi jalan keluar dalam permasalahan
jam pelajaran geografi yang harus berbagi dengan mata pelajaran lain yang “satu
payung” dalam IPS terpadu. Yaitu pembelajaran geografi dapat dilakukan “indoor” dan “out door”. Jam pelajaran yang tersedia bagi pelajaran geografi yang
notabene memiliki materi yang cukup padat dapat saja disiasati dengan adanya
kegiatan belajar di lapangan. Kegiatan luar sekolah (out door) yaitu pengajaran geografi yang dilakukan oleh guru-guru
dalam rngka mempelajari sebuah objek, misalnya peristiwa alam, proses social,
ekonomi budaya dan lain-lain.
C. Geografi Dalam
Pengembangan Karakter Bangsa
Sebagai guru geografi perlu mempersiapkan
beberapa hal menyangkut pemahaman geografis dalam rangka peningkatan rasa cinta
tanah air. Proses pembelajaran sangat diperlukan kesiapan yang dimaksud dan
harus dikembangkan dengan memperhatikan interaksi guru-murid. Dalam memberikan
pemahaman geografi terhadap murid secara mandiri perlu mempertimbangkan juga
proses belajar sambil memperhatikan (learning by waching), belajar sambil
mendengarkan (learning by listening), belajar sambil membaca (learning by
reading) dan belajar sambil bekerja (learning by working/doing).
Pendidikan geografi merupakan pendidikan dasar
dan terapan yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia dan pembangunan di
Indonesia. Wawasan kegeografian semakin dipelukan dalam rangka mewujudkan
karakter manusia sebagai rahmatan alamiah dan cinta tanah air. Karakter manusia
yang berwawasan kegeografian digunakan untuk menata kehidupan dan pembangunan
yang berkelanjutan. Orientasi pendidikan geografi yang berwawasan kelingkungan
dalam pemahaman karakteristik, masalah dan potensi disuatu wilayah merupakan
dasar pijakn dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peranan pendidikan
geografi yang membutuhkan ide, gagasan yang orisinal dari para Geograf yang
berkecimpung di berbagai profesi perlu diwadahi dan direvitalisasi, sebagai
wujud tanggung jawab ilmiah dan tanggung jawab sosial.
Fungsi pendidikan
untuk mengembangkan kebudayaan dan membangun karakter bangsa dalam menghadapi
perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta persaingan dalam
era globalisasi. Tugas pendidikan tidak hanya sekedar menstranfer ilmu
pengetahuan (knowledge)
dalam konteks pengembangan disiplin ilmu akademik tetapi juga membangun watak,
akhlak, dan kepribadian sehingga generasi muda dapat melangsungkan
kehidupannya secara lebih baik sekarang
dan di masa yang akan datang. Persaingan kehidupan yang semakin ketat dalam era
globalisasi harus mampu dihadapi oleh generasi penerus dengan kepribadian yang
kuat, kreatif, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan memiliki tanggung jawab
terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Dalam mengekfektifkan peran pendidikan geografi
kepada murid sekolah adalah tugas guru geografi untuk memperhatikan hal-hal
yang mendorong pada penanaman rasa cinta tanah air. Dalam praktek pemberian
pemahaman sebagai penanaman rasa kebangsaan tanah air pasti tidak mudah
dilakukan, karena itu guru geografi memerlukan kesiapan pengajaran yang mantap
melalui pemahaman murid terhadap geografi tanah airnya.
D.
Geografi dalam Pendidikan
Kebencanaan.
Bencana yang sering terjadi di Indonesia seakan menjadi “berkah”
bagi pendidikan geografi di Indonesia. Guru geografi bisa menggunakan
pendekatan aktual untuk pembelajaran di kelas. Hal ini mendorong para pengajar
untuk lebih kreatif dalam menyajikan materinya. Misalnya ketika terjadi tsunami
di Aceh dan di Jepang, guru bisa menjelaskan penyebab terjadinya tsunami
dilihat dari sudut pandang geografi serta bisa menggunakan media interaktif
yang sekarang sudah banyak tersedia. Fenomena seperti ini membuat geografi
semakin menarik untuk dipelajari. Peserta didik juga tidak takut dengan hafalan
karena geografi bisa dipelajari secara analisis.
Keberadaan pendidikan geografi di masyarakat semakin diperhatikan
karena pembelajaran geografi di sekolah bisa digunakan sebagai langkah awal
penerapan mitigasi bencana. Dengan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat
terhadap potensi bencana di lingkungannnya, di situlah geografi semakin
dibutuhkan. Mitigasi bencana sebagai pengurangan dampak bencana atau
usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi, baik
korban jiwa maupun harta bisa diajarkan lebih dini kepada masyarakat melalui
pendidikan. Dengan fenomena yang terjadi di masyarakat pada saat ini, maka
pendidikan geografi harus tetap eksis dan memberi kontribusinya terhadap
kehidupan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Pendidikan geografi mempunyai pemaknaan
hidup membentuk jiwa yang berkarakter mulia. Geografi sebagai ilmu yang fokus
pada objek ruang, wilayah, lingkungan dalam hubunganya dengan kehidupan.
Kompetensi pendidikan geografi membentuk manusia cinta wilayah tanah air dan
mampu melestarikan hubungan harmonis alam dengan manusia beserta sumber kehidupannya.
Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam serta meningkatnya bencana akibat ulah
manusia dan pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia dan di dunia,
merupakan bukti ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alamnya. Prinsip
hidup harmonis dengan alam secara geografis seharusnya manusia dapat memahami karakter
dan perilaku alam di mana manusia bertempat tinggal. Teori hidup beradaptasi
dan melestarikan lingkungan adalah suatu pilihan yang tepat. Bagaimana manusia
hidup daerah yang sering banjir, kering, pasang surut, erupsi dan gempa. Upaya
menumbuhkan semangat hidup ramah pada lingkungan dan bencana dapat dilakukan
melalui :
- mempelajari informasi spasial kawasan rawan bencana
- beradaptasi hidup di kawasan rawan bencana,
- bila tidak layak huni sebaiknya pindah di tempat yang layak,
- tanggap bila terjadi bencana,
- tata ruang dan guna lahan yang berbasis bencana,
- penguatan sistem manajemen bencana. Pengetahuan geografi perlu disosialisasikan ke masyarakat melalui pemanfaatan berbagai peta kebencanaan dan aplikasinya.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan dan Saran
Pembelajaran geografi di Sekolah masih mengalami berbagai kendala,
antara lain :
1.
Media masih kurang memadai di
Sekolah.
2.
Metode pengajaran dan
kompetensi guru kurang baik.
3.
Kebijakan kurikulum yang seakan
mengkerdilkan geografi kedalam kedalam IPS terpadu.
Usaha dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan dalam
pembelajan geografi di Sekolah antara lain:
1.
Memperbaiki kualitas guru-guru
mata pelajaran.
2.
Menyediakan media ajar geografi
di Sekolah.
3.
Penambahan jam pelajaran.
Pendidikan geografi mempunyai pemaknaan
hidup membentuk jiwa yang berkarakter mulia. Geografi sebagai ilmu yang fokus
pada objek ruang, wilayah, lingkungan dalam hubunganya dengan kehidupan.
Kompetensi pendidikan geografi membentuk manusia cinta wilayah tanah air dan
mampu melestarikan hubungan harmonis alam dengan manusia beserta sumber kehidupannya.
Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam serta meningkatnya bencana akibat ulah
manusia dan pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia dan di dunia,
merupakan bukti ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alamnya. Prinsip
hidup harmonis dengan alam secara geografis seharusnya manusia dapat memahami karakter
dan perilaku alam di mana manusia bertempat tinggal. Teori hidup beradaptasi
dan melestarikan lingkungan adalah suatu pilihan yang tepat. Bagaimana manusia
hidup daerah yang sering banjir, kering, pasang surut, erupsi dan gempa.
Keberadaan pendidikan geografi di
masyarakat semakin diperhatikan karena pembelajaran geografi di sekolah bisa
digunakan sebagai langkah awal penerapan mitigasi bencana. Dengan kesadaran
masyarakat yang semakin meningkat terhadap potensi bencana di lingkungannnya,
di situlah geografi semakin dibutuhkan. Mitigasi bencana sebagai pengurangan
dampak bencana atau usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika
bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta bisa diajarkan lebih dini kepada
masyarakat melalui pendidikan. Dengan fenomena yang terjadi di masyarakat pada
saat ini, maka pendidikan geografi harus tetap eksis dan memberi kontribusinya
terhadap kehidupan dan kemajuan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bakarudin. 2010. Dasar-Dasar
Ilmu Geografi. Padang: UNP Press.
Purnomo,
hadi dan Ronny Sugianto. 2010. Manajemen
Bencana. Jakarta : MedPress.
Suharyono.
1990. Geografi Dalam Dunia Ilmu dan
Pengajaran Sekolah. Semarang : IKIP Semarang Press.
Sumaatmaja,
Nursyid. 1997. Metodologi Pengajaran
Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Daldjoeni.
1991. Pengantar geografi untuk mahasiswa
dan guru sekolah. Jakarta: Alumni.
Worosuprodjo,
Suratman. 2012 “Manajemen Bencana
Berbasis Informasi Geografis Untuk Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Yang
Harmonis Dengan Alam Di Indonesia”. Perpustakaan
Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Kardono, Priyadi. 2012 “Penyediaan Informasi Geospasial Tematik
Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Berbasis Kebencanaan Dan Lingkungan Hidup”.
Bogor. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Worosuprodjo, Suratman. 2010. “Mengelola Potensi
Geografis Indonesia Untuk Pembangunan Wilayah Berkelanjutan”. Jurnal pembangunan.
Imahagi. 2008. “Eksistensi
Pendidikan Geografi”. (http://imahagiregion3.wordpress.com/2012/06/06/eksistensi-pendidikan-geografi/
, di akses 27 Desember 2012).
_________. 2010. “ Pembelajaran geografi” (http://smamuhammadiyahtasikmalayageo.blogspot.com/2010/07/pembelajaran-geografi.html/,
diakses 28 desember 2012)
Tentang Penulis
NAMA:ROBBY SANGGRA
NIM/BP:97095/2009
KODE SEKSI:24671
TTL:PAINAN-20 APRIL
1991
ALAMAT:JLN KAKAK TUA 06 B.AIR TAWAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar