Kamis, 27 Desember 2012

PELUANG DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM PENDIDIKAN NASIONAL



PELUANG DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI
DALAM PENDIDIKAN NASIONAL

TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS GEOGRAFI







Disusun oleh :

ROBBY SANGGRA
97095/2009




JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada kita sehingga kita diberikan kesehatan sampai sekarang ini. Tak lupa pula penulis mohonkan kepada Allah semoga disampaikan kepada Nabi Besar yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah “Telaah Kurikulum dan Buku Teks Geografi”, yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.  Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritikan dan saran dari pembaca agar pada penulisan makalah pada waktu yang akan datang sudah lebih sempurna lagi. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi kita semua pada umumnya untuk pedoman pembuatan makalah ini pada waktu yang akan datang, Amin.


                                                                                    Padang, Desember 2012

                                                                                                            Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di Indonesia kurikulum geografi dari pembuat kebijakan dirasa masih terdapat kekurangan. Bahkan seolah-olah terjadi pengkerdilan dalam proses pembelajaran geografi. Dulu, geografi di ajarkan di tingkat SMP sebagai mata pelajaran yang mandiri. Akan tetapi, sekarang geografi digabung dalam satu “payung” bernama IPS terpadu. Dengan alokasi jam yang harus berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu ekonomi dan sejarah, maka esensi dari ilmu geografi tidak tersampaikan dengan baik. Guru dipaksa untuk menyampaikan materi yang sangat banyak dengan jam pertemuan yang tidak berimbang. Sedangkan murid harus menyerap materi yang begitu banyak pula sehingga pembelajaran geografi terkesan dipaksakan dan menjadi tidak menarik. Evaluasi pembelajaran pun hanya sampai pada taraf hafalan dan sangat sulit mencapai tahap analisis.
Geografi adalah disiplin ilmu yang mengkaji tentang fenomena permukaan bumi atau geosfer. Geografi merupakan ilmu yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas tentang kehidupan dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan, melukiskan atau mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan persamaan dan perbedaan, baik yang terdapat di daratan, lingkungan perairan, lingkungan udara, maupun lingkungan kehidupan. Geografi terutama merupakan kajian tentang fenomena alam, dan kaitannya dengan manusia di permukaan bumi.
Pendidikan geografi bergerak pada ranah pengetahuan, kecakapan, perilaku untuk membentuk pengalaman anak didik yang berwawasan konservasi dan kemampuan mitigasi bencana. Hal ini berkaitan dengan ruang lingkup lingkungan geografi yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Konservasi dan mitigasi bencana penekanan kajiannya pada aspek aktivitas manusia dalam konteks keruangan dalam menyikapi alam. Hal ini merupakan fakta bahwa manusia bertempat tinggal di suatu ruang/wilayah. Fenomena kerusakan lingkungan berpontensi mengancam eksistensi manusia.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu mengenai :
1.      Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran geografi di Sekolah?
2.      Bagaimana upaya dalam mengatasi berbagai hambatan-hambatan dalam pembelajaran geografi?
3.      Bagaimanakah peranan geografi dalam pengembangan karakter bangsa?
4.      Bagaimanakah peranan geografi dalam pendidikan kebencanaan?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
1.      Mengetahui hambatan yang mungkin dihadapi dalam pembelajaran geografi di Sekolah serta upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut.
2.      Mengetahui perann geografi dalam pengembangan karakter bangsa.
3.      Mengetahui peranan geografi dalam pendidikan kebencanaan.
4.      Melengkapi tugas sebagai syarat kelulusan dalam mata kuliah “Telaah Kurikulum dan Buku Teks Geografi”






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hambatan-hambatan dalam Pembelajaran Geografi di Sekolah.
Pembelajaran geografi di Sekolah dalam kenyataannya masih mengalami berbagai kendala, antara lain :
1.      Media pembelajaran masih kurang memadai di Sekolah.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi kegiatan belajar mengajar dikelas yang adalah dunia komunikasi tersendiri dimana guru atau siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian, dalam proses komunikasi tersebut sering kali terjadi berbagai penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, yang antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidak siapan siswa, kurangnya minat dan gairah dalam kegiatan belajar. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan ini ialah penggunaan media dalam proses belajar mengajar.
2.      Metode pengajaran dan kompetensi guru kurang baik.
Dalam perkembangan dunia pendidikan sarana da prasarana terus dikembangkan, tidak terkecuali kompetensi guru-guru harus berkembang pula, namun dalam kenyataannya berdasarkan berbagai penelitian yang ada guru mengalami berbagai kendala dalam pembelajaran, terutama pada materi-materi yang baru masuk kurikulum seperti, seperti contohnya pada data hasil penelitian berikut : Perkembangan teknologi SIG tersebut alangkah baiknya guru juga bisa mengaplikasikan penggunaan teknologi SIG sebagai media pambelajaran siswa agar lebih menarik dan inovatif. Dari kondisi tersebut banyak kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar tentang materi SIG dan Pengindraan Jauh di lingkungan SMA yaitu :
1. Guru kurang menguasai software SIG dan kesulitan mendapatkan softwarenya.
2. Alat dan media pembelajaran SIG dan Pengindraan Jauh kurang memadai.
3. Guru kurang menguasai teknik dan media pembelajaran tentang Pengindraan Jauh dan    fotometri.
4. Siswa kurang pemahaman tentang foto udara.
5. Siswa kurang referensi yang mudah difahami.
6. Pengindraan Jauh dan SIG diberikan pada siswa kelas XII padahal siswa kelas XII
konsentrasi Ujian Nasional.
7. Sarana dan prasarana tiap sekolah berbeda-beda dan kurang.
8. Laboratorium social (IPS) belum ada di tiap sekolah.

Pada forum MGMP Geografi ini dapat diketahui kelemahan-kelemahan guru dan siswa tentang materi SIG dan Pengindraan Jauh. Sebagai alternatif adalah peningkatan kualitas guru dan siswa tentang strategi guru terhadap pemahaman siswa dengan mengadakan pelatihan guru tentang SIG dan Pengindraan Jauh dan praktikum SIG dan Pengindraan Jauh bagi siswa. Masalah sarana dan prasarana pembelajaran pun harus dilengkapi dan diimbangi dengan adanya pemahaman materi oleh guru karena sarana merupakan hal yang penting bagi pengembangan siswa lebih kreatif dan inovatif.
3.      Kebijakan kurikulum yang seakan mengkerdilkan geografi kedalam kedalam IPS terpadu.
Dengan kebijakan kurikulum yang seakan mengkerdilkan geografi kedalam kedalam IPS terpadu, dengan alokasi jam yang harus berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu ekonomi dan sejarah, maka esensi dari ilmu geografi tidak tersampaikan dengan baik. Guru dipaksa untuk menyampaikan materi yang sangat banyak dengan jam pertemuan yang tidak berimbang. Sedangkan murid harus menyerap materi yang begitu banyak pula sehingga pembelajaran geografi terkesan dipaksakan dan menjadi tidak menarik. Evaluasi pembelajaran pun hanya sampai pada taraf hafalan dan sangat sulit mencapai tahap analisis.
B.     Upaya Mengatasi Hambatan-hambatan Dalam Pembelajaran di Sekolah
Usaha dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan dalam pembelajan geografi di Sekolah antara lain:

1.      Memperbaiki kualitas guru-guru mata pelajaran.
Kualitas guru disini menyangkut segala aspek, mulai dari penguasaan materi bahan ajar, keterampilan dalam memilih metode ajar sampai keterampilan dalam menggunakan media-media dalam pembelajaran geografi. Guru dituntut memiliki, wawasan keilmuan geografi, menguasai materi, dan mampu mengembangkan keterampilan teoretis dan praktis operasional.
2.      Menyediakan media ajar geografi di Sekolah.
Materi-materi dalam pelajaran geografi tidak akan dapat diserap dengan optimal oleh anak didik apabila hanya mengandalkan media buku atau ceramah dari guru mereka saja, karena anak didik membutuhkan media stimulus bagi proses penyerapan informasi yang mereka dapatkan, contohnya saja dalam pelajaran SIG atau Pengindraan jauh, mereka perlu tau dan di hadirkan media berupa peta atau foto udara.
3.      Penambahan jam pelajaran.
Dari sejarah perkembangan dan hakikat, geografi adlah pengetahuan yang tumbuh dari hasil perjalanan dan pengamatan dilapangan. Misalnya konsep lokasi, hubungan dan sebaran keruangan seharusnya dikembangkan atas dasar hasil pengamatan nyata di lapangan. Hal ini bisa jadi jalan keluar dalam permasalahan jam pelajaran geografi yang harus berbagi dengan mata pelajaran lain yang “satu payung” dalam IPS terpadu. Yaitu pembelajaran geografi dapat dilakukan “indoor” dan “out door”. Jam pelajaran yang tersedia bagi pelajaran geografi yang notabene memiliki materi yang cukup padat dapat saja disiasati dengan adanya kegiatan belajar di lapangan. Kegiatan luar sekolah (out door) yaitu pengajaran geografi yang dilakukan oleh guru-guru dalam rngka mempelajari sebuah objek, misalnya peristiwa alam, proses social, ekonomi budaya dan lain-lain.
C.    Geografi Dalam Pengembangan Karakter Bangsa
Sebagai guru geografi perlu mempersiapkan beberapa hal menyangkut pemahaman geografis dalam rangka peningkatan rasa cinta tanah air. Proses pembelajaran sangat diperlukan kesiapan yang dimaksud dan harus dikembangkan dengan memperhatikan interaksi guru-murid. Dalam memberikan pemahaman geografi terhadap murid secara mandiri perlu mempertimbangkan juga proses belajar sambil memperhatikan (learning by waching), belajar sambil mendengarkan (learning by listening), belajar sambil membaca (learning by reading) dan belajar sambil bekerja (learning by working/doing).
Pendidikan geografi merupakan pendidikan dasar dan terapan yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia dan pembangunan di Indonesia. Wawasan kegeografian semakin dipelukan dalam rangka mewujudkan karakter manusia sebagai rahmatan alamiah dan cinta tanah air. Karakter manusia yang berwawasan kegeografian digunakan untuk menata kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan. Orientasi pendidikan geografi yang berwawasan kelingkungan dalam pemahaman karakteristik, masalah dan potensi disuatu wilayah merupakan dasar pijakn dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peranan pendidikan geografi yang membutuhkan ide, gagasan yang orisinal dari para Geograf yang berkecimpung di berbagai profesi perlu diwadahi dan direvitalisasi, sebagai wujud tanggung jawab ilmiah dan tanggung jawab sosial.
Fungsi  pendidikan untuk mengembangkan kebudayaan dan membangun karakter bangsa dalam menghadapi perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta persaingan dalam era globalisasi. Tugas pendidikan tidak hanya sekedar menstranfer ilmu pengetahuan (knowledge) dalam konteks pengembangan disiplin ilmu akademik tetapi juga membangun watak, akhlak, dan kepribadian sehingga generasi muda dapat melangsungkan kehidupannya  secara lebih baik sekarang dan di masa yang akan datang. Persaingan kehidupan yang semakin ketat dalam era globalisasi harus mampu dihadapi oleh generasi penerus dengan kepribadian yang kuat, kreatif, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan memiliki tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Dalam mengekfektifkan peran pendidikan geografi kepada murid sekolah adalah tugas guru geografi untuk memperhatikan hal-hal yang mendorong pada penanaman rasa cinta tanah air. Dalam praktek pemberian pemahaman sebagai penanaman rasa kebangsaan tanah air pasti tidak mudah dilakukan, karena itu guru geografi memerlukan kesiapan pengajaran yang mantap melalui pemahaman murid terhadap geografi tanah airnya.

D.    Geografi dalam Pendidikan Kebencanaan.
Bencana yang sering terjadi di Indonesia seakan menjadi “berkah” bagi pendidikan geografi di Indonesia. Guru geografi bisa menggunakan pendekatan aktual untuk pembelajaran di kelas. Hal ini mendorong para pengajar untuk lebih kreatif dalam menyajikan materinya. Misalnya ketika terjadi tsunami di Aceh dan di Jepang, guru bisa menjelaskan penyebab terjadinya tsunami dilihat dari sudut pandang geografi serta bisa menggunakan media interaktif yang sekarang sudah banyak tersedia. Fenomena seperti ini membuat geografi semakin menarik untuk dipelajari. Peserta didik juga tidak takut dengan hafalan karena geografi bisa dipelajari secara analisis.
Keberadaan pendidikan geografi di masyarakat semakin diperhatikan karena pembelajaran geografi di sekolah bisa digunakan sebagai langkah awal penerapan mitigasi bencana. Dengan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terhadap potensi bencana di lingkungannnya, di situlah geografi semakin dibutuhkan. Mitigasi bencana sebagai pengurangan dampak bencana atau usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta bisa diajarkan lebih dini kepada masyarakat melalui pendidikan. Dengan fenomena yang terjadi di masyarakat pada saat ini, maka pendidikan geografi harus tetap eksis dan memberi kontribusinya terhadap kehidupan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Pendidikan geografi mempunyai pemaknaan hidup membentuk jiwa yang berkarakter mulia. Geografi sebagai ilmu yang fokus pada objek ruang, wilayah, lingkungan dalam hubunganya dengan kehidupan. Kompetensi pendidikan geografi membentuk manusia cinta wilayah tanah air dan mampu melestarikan hubungan harmonis alam dengan manusia beserta sumber kehidupannya. Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam serta meningkatnya bencana akibat ulah manusia dan pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia dan di dunia, merupakan bukti ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alamnya. Prinsip hidup harmonis dengan alam secara geografis seharusnya manusia dapat memahami karakter dan perilaku alam di mana manusia bertempat tinggal. Teori hidup beradaptasi dan melestarikan lingkungan adalah suatu pilihan yang tepat. Bagaimana manusia hidup daerah yang sering banjir, kering, pasang surut, erupsi dan gempa. Upaya menumbuhkan semangat hidup ramah pada lingkungan dan bencana dapat dilakukan melalui :
  1. mempelajari informasi spasial kawasan rawan bencana
  2. beradaptasi hidup di kawasan rawan bencana,
  3. bila tidak layak huni sebaiknya pindah di tempat yang layak,
  4. tanggap bila terjadi bencana,
  5. tata ruang dan guna lahan yang berbasis bencana,
  6. penguatan sistem manajemen bencana. Pengetahuan geografi perlu disosialisasikan ke masyarakat melalui pemanfaatan berbagai peta kebencanaan dan aplikasinya.



















BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan dan Saran
Pembelajaran geografi di Sekolah masih mengalami berbagai kendala, antara lain :
1.      Media masih kurang memadai di Sekolah.
2.      Metode pengajaran dan kompetensi guru kurang baik.
3.      Kebijakan kurikulum yang seakan mengkerdilkan geografi kedalam kedalam IPS terpadu.
Usaha dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan dalam pembelajan geografi di Sekolah antara lain:
1.      Memperbaiki kualitas guru-guru mata pelajaran.
2.      Menyediakan media ajar geografi di Sekolah.
3.      Penambahan jam pelajaran.
Pendidikan geografi mempunyai pemaknaan hidup membentuk jiwa yang berkarakter mulia. Geografi sebagai ilmu yang fokus pada objek ruang, wilayah, lingkungan dalam hubunganya dengan kehidupan. Kompetensi pendidikan geografi membentuk manusia cinta wilayah tanah air dan mampu melestarikan hubungan harmonis alam dengan manusia beserta sumber kehidupannya. Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam serta meningkatnya bencana akibat ulah manusia dan pembangunan di beberapa wilayah di Indonesia dan di dunia, merupakan bukti ketidakharmonisan hubungan manusia dengan alamnya. Prinsip hidup harmonis dengan alam secara geografis seharusnya manusia dapat memahami karakter dan perilaku alam di mana manusia bertempat tinggal. Teori hidup beradaptasi dan melestarikan lingkungan adalah suatu pilihan yang tepat. Bagaimana manusia hidup daerah yang sering banjir, kering, pasang surut, erupsi dan gempa.
Keberadaan pendidikan geografi di masyarakat semakin diperhatikan karena pembelajaran geografi di sekolah bisa digunakan sebagai langkah awal penerapan mitigasi bencana. Dengan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat terhadap potensi bencana di lingkungannnya, di situlah geografi semakin dibutuhkan. Mitigasi bencana sebagai pengurangan dampak bencana atau usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta bisa diajarkan lebih dini kepada masyarakat melalui pendidikan. Dengan fenomena yang terjadi di masyarakat pada saat ini, maka pendidikan geografi harus tetap eksis dan memberi kontribusinya terhadap kehidupan dan kemajuan bangsa Indonesia.























DAFTAR PUSTAKA

Bakarudin. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Geografi. Padang: UNP Press.
Purnomo, hadi dan Ronny Sugianto. 2010. Manajemen Bencana. Jakarta : MedPress.

Suharyono. 1990. Geografi Dalam Dunia Ilmu dan Pengajaran Sekolah. Semarang : IKIP Semarang Press.

Sumaatmaja, Nursyid. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Daldjoeni. 1991. Pengantar geografi untuk mahasiswa dan guru sekolah. Jakarta: Alumni.

Worosuprodjo, Suratman. 2012 “Manajemen Bencana Berbasis Informasi Geografis Untuk Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Yang Harmonis Dengan Alam Di Indonesia”. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Kardono, Priyadi. 2012 “Penyediaan Informasi Geospasial Tematik Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Berbasis Kebencanaan Dan Lingkungan Hidup”. Bogor. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Worosuprodjo, Suratman. 2010. “Mengelola Potensi Geografis Indonesia Untuk Pembangunan Wilayah Berkelanjutan”. Jurnal pembangunan.

Imahagi. 2008. “Eksistensi Pendidikan Geografi”. (http://imahagiregion3.wordpress.com/2012/06/06/eksistensi-pendidikan-geografi/

, di akses 27 Desember 2012).

_________. 2010. “ Pembelajaran geografi” (http://smamuhammadiyahtasikmalayageo.blogspot.com/2010/07/pembelajaran-geografi.html/, diakses 28 desember 2012)

 






Tentang Penulis

NAMA:ROBBY SANGGRA
NIM/BP:97095/2009
KODE SEKSI:24671
TTL:PAINAN-20 APRIL 1991
 ALAMAT:JLN KAKAK TUA 06 B.AIR TAWAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar