Terumbu karang (coral reef) di Indonesia merupakan yang terkaya di dunia. Diperkirakan dari total
luas terumbu karang di dunia yang mencapai 284.300 km2, 18 % (85.200 km2)
diantaranya berada di wilayah Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan
Indonesia yang sebagai negaravmaritim terbesar di indonesia
yang memiliki perairan seluas 93 ribu km2. Terumbu karang Indonesia juga
memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan lebih dari 18% terumbu
karang dunia, serta lebih dari 2.500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2.500
jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan. Sejauh ini telah tercatat lebih
dari 750 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga terdapat di Indonesia.
Terumbu karang Indonesia juga
termasuk dalam wilayah segitiga karang dunia (coral triangel) yang
merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Segitiga karang meliputi
Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan
Salomon. Jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu karang di
ke-6 negara tersebut maka akan menyerupai segitiga. Itu sebabnya wilayah
tersebut disebut sebagai segitiga karang dunia (coral triangle). Total
luas terumbu karang di coral triangle sekitar 75.000 Km2.
Kawasan di Indonesia yang memiliki
terumbu karang yang cukup baik diantaranya adalah Kepulauan Raja Ampat di Papua
Barat. Berdasarkan sebuah kajian ekologi yang dipimpin oleh The Nature
Conservancy (TNC) dengan melibatkan para ahli terumbu karang dan ikan dunia
pada tahun 2002, ditemukan sekitar 537 jenis karang dan 1074 jenis ikan di
kepulauan Raja Ampat. Ini berarti Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan
dengan jumlah jenis terumbu karang tertinggi di dunia.
Jumlah jenis terumbu karang di Raja
Ampat tersebut merupakan 75% dari seluruh jenis terumbu karang dunia yang
pernah ditemukan. Walaupun kepulauan Carribean di Amerika tengah dan Great
Barrier Reef Marine Park di Australia sangat terkenal, kedua kawasan
tersebut hanya memiliki sekitar 400 jenis karang.
Beberapa kepulauan di Indonesia yang
lain juga memiliki jenis karang cukup tinggi. Seperti di Kepulauan
Derawan, Kaltim (444 jenis karang), Pulau Banda (330 jenis). Juga di Nusa
Penida (Bali) , Komodo (NTT), Bunaken (Sulut), Kepulauan Wakatobi (Sultra), dan
Teluk Cendrawasih (Papua).
Terumbu karang sendiri mempunyai
fungsi dan manfaat serta arti yang amat penting bagi kehidupan manusia baik
segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan pariwisata. Manfaat tersebut
antara lain:
- Proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat lama
untuk tumbuh dan berkembang biak untuk membentuk seperti kondisi saat ini.
- Tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan
ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita.
- Sumberdaya laut yang mempunyai nilai potensi ekonomi
yang sangat tinggi.
- Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan
dan penelitian.
- Terumbu karang merupakan habitat bagi sejumlah spesies
yang terancam punah seperti kima raksasa dan penyu hijau
- Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai
pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat
menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah
rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan magrove.
- Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi.
Dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis
diantaranya hidup di terumbu karang, berbagai jenis ikan karang menjadi
komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3 – 10 ton ikan
per kilometer persegi pertahun.
- Keindahan terumbu karang sangat potensial untk wisata
bahari. Masyarakat disekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini
dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman, restoran, penginapan sehingga
pendapatan mereka bertambah.
Namun yang patut disayangkan,
ternyata hanya sekitar 30% saja terumbu karang di Indonesia yang masih bagus
kondisinya. Menurut studi yang dilakukan oleh COREMAP (2000), menyimpulkan
bahwa kondisi terumbu karang Indonesia yang masih “sangat bagus” hanya 6,1% dan
yang berstatus “bagus” hanya 22,68%. Selebihnya dalam kondisi Rusak (31,46%)
dan rusak berat (39,76 %).
Senada, Wilkinson, ahli terumbu karang dunia, menyatakan
bahwa sekitar 40 % terumbu karang Indonesia berstatus “rusak berat” dan hanya
29 % yang kondisinya “bagus” hingga “sangat bagus”. Pun demikian menurut
Suharsono yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)
LIPI dan mulai memantau kondisi terumbu karang di 73 daerah dengan 841 stasiun
dari Sabang hingga Kepulauan Padaido, Irian Jaya Barat sejak 1993 sampai 2007.
Hasilnya menunjukkan kondisi terumbu karang di Tanah Air pada akhir 2006, 5,2
persen dalam kondisi sangat baik, 24,2 persen dalam kondisi baik, 37,3 persen
dalam kondisi sedang dan 33,1 persen dalam kondisi buruk.
Kerusakan terumbu karang ini
sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia diantaranya adalah penangkapan ikan
dengan racun dan bom, pengambilan karang, sendimentasi yang diakibatkan oleh
penebangan hutan dan pembangunan kota serta over fishing.
Selain itu, kerusakan terumbu karang
juga diakibatkan oleh pemanasan global yang berakibat pada peningkatan keasaman
kondisi samudra dan pemanasan temperatur.
Melihat fungsi penting terumbu
karang bagi kehidupan manusia, maka pada pertemuan APEC di Sydney tahun 2007,
Presiden Republik Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan
perlindungan terhadap terumbu karang di kawasan segitiga karang dunia bersama 6
negara coral triangle lainnya (CT6). Inisiatif CT6 untuk melindungi
terumbu karang di coral triangle disebut Coral Triangle Initiative
(CTI). Inisiatif ini mendapat banyak dukungan dari negara maju seperti Amerika
dan Australia. Sekarang bagaimana dengan Anda?
Disarikan dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar